Bantul – Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo, mengungkapkan saat ini tantangan terbesar Indonesia adalah menghadapi kompetisi global yang semakin sengit. Karena sekarang antar negara bersaing, sementara jumlah penduduk di bumi terus bertambah, bahkan sudah melebihi kapasitas.
Bertambahnya jumlah penduduk tersebut, kata Gatot, tidka diimbangi dengan ketersediaan pangan yang cukup. Hal tersebut akhirnya menyisakan masalah pelik, seperti kemiskinan dan kelaparan.
“Tahun 2011 jumlah penduduk di bumi sudah 7 miliar. Padahal menurut peneliti daya tampung bumi hanya 3-4 miliar,” ujar Gatot Nurmantyo saat memberikan pemaparan pengajian kebangsaan di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Yogyakarta, Minggu (4/6/2017) malam,
Karena daya tampung bumi overload, muncul persoalan-persoalan sosial. Bahkan menilik catatan Gatot, akibat kepadatan penduduk ini hampir setiap hari ada 41.000 anak meninggal dunia.
“Karena kelaparan, kemiskinan, dan kesehatan buruk. Ini menandakan bumi sudah overload, disamping itu orang butuh minyak untuk energi,” sebutnya.
Dengan berbagai permasalahan sosial tersebut, menurut Gatot, yang paling utama dibutuhkan adalah pasokan makanan. Kondisi inilah yang harus diantisipasi Indonesia. Apalagi diprediksi sekitar tahun 2043, semua penduduk di dunia bakal mencari pangan di negara-negara ekuator.
Hal tersebut karena lahan di negara-negara ekuator seperti Asia Tenggara, Afrika Tengah, dan Amerika Latin, dinilai cocok buat bercocok tanam. Sedangkan air, pangan, dan energi terbarukan banyak terdapat di negara-negara ini.
“Miliaran orang akan mencari makan di ekuator. Ini mulai terlihat bahayanya pertumbuhan penduduk,” ungkapnya.
Indonesia saat ini, harus siap menghadapi kenyataan ini. Apalagi, menurutnya, Indonesia adalah salah satu negara di ekuator yang energinya luar biasa besar. Tentu kondisi ini menarik negara lain, sehingga perlu diantisipasi.
“Sepanjang ekuator, negara yang energinya luar biasa adalah Indonesia,” tegasnya.
Selain persoalan kesenjangan sosial, Gatot menambahkan saat ini di tengah-tengah masyarakat juga muncul gaya hidup baru. Setiap orang asyik dengan gadgetnya masing-masing, menyebabkan orang menjadi antipati dengan kondisi sosial.